Senin, 25 September 2017

Makalah Kerajaan Turki Utsmani




PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam telah ada sejak empat belas abad lamanya. Pada periode tertuntu Islam mengalami perubahan dan perkembangan serta kemajuan dan kejayaan namun terjadi pula periode kemunduran bahkan kehancuran. Salah satu dari periode tersebut yang sangat menarik untuk di bahas yaitu pada masa pertengahan Dinasti Utsmani di Turki. Pada masa dinasti ini merupakan yang cukup besar dalam Islam dan memiliki pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan Eropa. Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan peradaban umat Islam.
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad  runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu, Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia (Iran). Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
Dalam perkembangannya dunia islam selalu mengalami pasang surut dan disini saya akan memaparkan tentang periode-periode yang ada pada kerajaan Turki Usmani mulai dari awal berdirinya sampai keruntuhannya, karena kerajaan Turki Usmani inilah yang menjadi sebuah pionir dalam perkembangan dunia islam pada masanya dan juga kehancurannya menjadi sebuah pembuka masuknya era industrialisasi ke dunia islam.



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Asal mula Kerajaan Turki Utsmani
Nama kerajaan Turki Utsmani diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama., Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Orthogrol Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah.turki Utsmani berkuasa sejak abad ke- 13 sampai abad ke- 19. Raja pertama Turki dari keluarga Utsman.[1]
Bangsa Turki Utsmani pada awalnya adalah suku nomaden yang selama berabad-abad selalu mencari lahan perubahan yang baru di wilayah yang sekarang terkenal dengan Turki. Pada awal tahun Masehi, Bangsa Turki Utsmani dinamakan Byzantium dibawah kekuasaan Romawi yang berkuasa di kawasan ini selama lebih dari empat abad. Setelah Barbar merebut dari tangan Romawi, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Konstantinopel (Angkara sekarang).[2]
Akibat serangan gencar Mongol, banyak keluarga Turki melarikan diri ke Asia Tengah untuk mengungsi ke daerah perbatasan dunia Islam. Karena terbiasa hidup nomaden secara tradisional, meraka mampu beradaptasi dengan cepat dan mudah dimana saja. Termasuk di bekas wilayah kekuasaan Byzantium.
Dibawah pimpinan Orthogtol, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Byzantium karena bantuan mereka inilah, Byzantium dapat dikalahkan. Kemudian, Sultan Alaudin memberi imbalan tanah Asia Kecil yang berbatasan degan Byzantium. Sejak itu, mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Sejak Saljuk mengalahkan Byzantim di perang Manzikert pada 1071, Anatolia terbuka bagi penaklukan dan pemukiman bangsa Turki. Saat Mongol masuk ke wilayah tersebut pada abad ke tiga belas, sisa-sisa daerah kekuasaan Saljuk hancur selamanya, dan Anatolia dikuasai oleh banyak dinasti Turki yang tersebar di seluruh semenanjung. Ketika Bangsa Mongol menyerang Kerajaan Saljuk, yang mengakibatkan meninggalnya Sultan Alaudin pada tahun 1289 M. , kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Utsman. Putra Orthogrol inilah yang dianggap sebagai pendiri Kerajaan Utsmani. [3] Utsman memproklamasikan dirinya sebagai Sultan di wilayah yang didudukinya. Utsman bin Orthogrol sering disebut Utsman I. Utsman Ibnu Orthogrol memerintah dari tahun 1290-1326 M.[4]
2.      Usaha-usaha Perluasan Wilayah Islam Kerajaan Turki Utsmani
Sebagai sultan I, Usman lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada usaha-usaha untuk memantapkan kekuasaannya dan melindunginya dari segala macam serangan, khususnya Bizantium yang memang ingin menyerang. Exspansinya dimulai dengan menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa Tahun 1317 M, dan Broessa dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Kejatuhan Broessa ke tangan Kerajaan Turki Utsmani memberikan angina segar terhadap kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat Muslim terhadap kepemimpinan Utsman mulai timbul. Kepercayaan itu semakin meyakinkan dengan dipindahkannya ibukota kerajaan dari Sugyat ke Broessa.[5]
a.       Sultan Orkhan
Sultan Utsman meninggal pada tahun 1326 M dan digantikan oleh Orkhan, puteranya yang memerintah dari tahun 1326 sampai 1359 M. Pada masanya berdiri Akademi Militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan sebagian daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
b.      Sultan Murad I
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti Orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negeri dan melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Jatuhnya Andrianopel berarti Kerajaan Turki Utsmani telah mengepung Kerajaan Byzantium darisegala penjuru. Hal tersebut menimbulkan ketakutan bagi Kerajaan Byzantium dan Kerajaan-kerajaan Eropa lainnya. Ketakutan[6] itu semakin bertambah ketika Sultan Murad I pada tahun 1389 M dalam peperangan di Kasopo berhasil mengalahkan tentara Eropa, yang berakhir dengan jatuhnya Kerajaan Serbia, Macedonia, dan Rumelia.
c.       Sultan Bayazid
Ketika Sultan Murad wafat pada tahun 1389, puteraya yang bernama Bayazid I naiktahta pada tahun itu juga. Sultan Bayazid terkenal yang bergelar Vildrim (petir). Pada peerintahannya, ia berhasil menaklukan daerah pertambangan Karatowa, Viddin, Bsonia dll. Namun suatu hal yang sangat disayangkan bahwa Bayazid I tewas dalam pertempuran melawan timur lenk. Tewasnya bayasid I dan sebagian besar pasukannya melawan hamper seluruh wilaya Usmani jatuh ketangan Timur Lenk.
d.      Sultan Muhammad I
Setelah Muhammad I naik tahta dan memimpin wilaya, Utsmani dapat disatukan kembali.. integrasi ini tampaknya mngejutkan dunia Barat karena mereka tidak menduga Utsmani akan bangkit secepat itu setelah berangtakan akibat serangan Timur Lank.[7] Tugas utama yang dihadapinya bukanlah mengadakan ekspansi melainkan lbih berorientasi untuk mengokohkan sendi-sendi kerajaan ini, Sultan Muhammda I mengadakan perjanjian damai dengan Eropa dan bersikap lunak terhadap kaum pemberontak. Keadaan ini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan Sultan Murad II (1421-1451 M). Usaha kedua sultan ini berhasil dalam mengokohkan sendi-sendi Kerajaan Turki Utsmani kembali. Hal ini terbukti setelah Sultan Murad II meninggal, ia telah mewariskan Kerajaan Turki Utsmani yang stabil kepada penerusnya, Sultan Muhammad II.[8]
e.       Sultan Muhammad II
Setelah Muhammad II naik tahta menggantikan ayahnya pada tahun 1451-1484 M. Pada masa ini, perhatian Sultan sepenuhnyaterfokusuntk menaklukkan kota Konstantinopel, kota yang selalu menjadi idaman dan kebanggaan orang yang merebutnya. Untuk hal itu, ia mebuat rencana dan persiapan penaklukan dengan sebaik-baiknya dan ia memimpin usaha penaklukan Konstantinopel ini.
Setelah perencanaan dan persiapan benar-benar natang, dimulailah penyerangan dan pengepungan kota Konstantinopel. Dalam usaha penyerangna dan pengepungan yang relatif singkat, uaitu sekitar 53 hari, Sultan Muhammad II berhasil menaklukannya pada tahun 1453 M. Bagi Sultan Muhammad II, keberhasilannya dalam penaklukan itu merupakan prestasi dan kebanggaan tersendiri karena sepanjang sejarah Islam, ia adalah satu-satunya sultan dari Kerajaan Turki Utsmani yang berhasil menaklukkan Konstantinopel.[9]
Pada masa ini ia lebih terkenal dengan Al-Fatih, sang penakluk atau pembuka, karena pada masanya, Konstantinopel sebagai ibu kota kekaisaran Byzantium berabad-abad lamanya dapat ditundukkan. Lalu, ia memberikan nama Istanbul (Kota Kerajaan) dan menjadikannya sebagai ibu kota.[10]
f.       Sultan Bayazid II
Kedudukan Sultan Bayazaid II digantikan oleh anaknya, yaitu sultan Salim I. Karena pada masa pemerintahan Sultan Bayazid II lebih cenderung berdamai dengan musuh dan terlalu mementingkan kehidupan tasawuf serta tidak disukai oleh masyarakat
g.      Sultan Salim I
Pada masa pemerintahan Sultan Salim I (1512-1520 M), gerakan ekspansi diarahkan ke sebelah Timurdengan maksud untuk menjadikan seluruh wilayah dunia Islamberada dibawah kekuasaannya. Oleh karena itu, dengan penuh ambisi, Sultan Salim I mengadakan penyerbuan ke Persia. Kemudian, dalam peperangan dengan Syah Ismail, ia menaklukan Mesir. Dengan bekal keberhasilan yang diperolehnya, kemudian ia mengklaim jabatan khalifah dan menyatakan dirinya sebagai penguasa tunggal atas seluruh dunia Islam yang kekuasaannya meliputi bidangkeduniaan dan keagamaan.
h.      Sultan Sulaiman
Sultan Salim I meninggal pada tahun 1520 M. Sultan Sulaiman terkenal sebagai sultan dari kerajaan Tukri Utsmani yang terbesar dan bergelar Sulaiman yang Agung dan Al-Qanuni. Pada masanya, Kerajaan Turki Utsmani mencapai masa keemasan. Ia berhasil menyatukan dua kedaulatannya, di laut dan di darat serta menghimpun dua kekuatannya, keduniaan dan keagamaan.[11]
3.      Faktor-faktor Penyebab Keberhasilan Utsman dalam Mendirikan Kerajaan Turki Utsmani
Ada beberapa factor yang menyebabkan keberhasilan Utsman dalam mendirikan Kerajaan Turki Utsmani, yaitu sebagai berikut:
a.       Letak daerah kekuasan Turki Utsmani yang berdekatan dengan perbatasan Kerajaan Byzantium. Oleh karena itu, Utsman sebelum mendeklarasikan sebagai penguasa dari Kerajaan TurkiUtsmani sering melakukan peperangan dengan tentara Byzantium. Seringnya terjadi peperangan, menarik perhatian masyarakat Muslim Ghazi lainnya untuk terlibat dalamberjihad dan mendapatkan harta rampasan perang. Dengan kondisiseperti ini, secara tidaklangsung, baik Orthogrol sebelumnya dan Utsman sesudahnya telah menjadi pemimpin dari semua orang Turki yang sedang mengembara ke Anatholia.
b.      Pada masa Utsman, oaring-orang Turki telah memiliki modal yang cukup untuk mendirikan kerajaan baru. Daerah kekuasan, kekuatan militer, penguasa, dan perekonomian sebagai persyaratan untuk berdirinyasuatu kerajaan telahdimiliki oleh Utsman.
c.       Kelemahan dan kekacauan Byzantium.
d.      Factor kelemahan dan kemunduran dari Kerajaan Turki Saljuk Rum.[12]
4.      Masa Kejayaan Turki Utsmani
Pada awalnya Kerajaan Turki Utsmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Turki Usmani menjadi kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi Kerajaan Turki Utsmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain, diantaranya sebagai berikut:

a.       Bidang Militer

Bentuk negara yang dibangun oleh Utsmani adalah kerajaan yang berdasarkan syariat Islam. Kekuasaan tertinggi terletakdi tangan para Sultan. Bidang militer yang merupakan salah satu prestasi kemajuan terbesar dari Kerajaan Turki Utsmani disebabkan, keturunan Utsmani sejak awal adalah masyarakat Ghazi yang gemar berperang, dan khususnya sejak masa Muhammad Al-Fatih merupakan kekuatan militer yang tangguh dan terbaik di dunia sampai pada akhir abad ke-17 M, yaitu saat mereka dikalahkan Eropa pada tahun 1683 M.

b.      Bidang Perekonomian
Suksesnya gerakan ekspansi Islam Turki Usmani selain karena ketangguhan tentaranya juga dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Kemajuan dalam bidang ekonomi sama besar dan kuatnya dengan kemajuan dalam bidang politk dan militer. Daerah kekuasaan yang luas memungkinkan Kerajaan Turki Utsmani untuk membangun perekonomiannya yang kuat dan maju. Pada masa puncaknya, semua daerah dan kota penting yngmenjadipusat perdagangan dan perekonomian jatuh ke tangannya.[13]
c.       Bidang Keilmuan dan Budaya
Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Namun pada abad ke-17, Kerajaan Turki Utsmani masih mengalami kemajuan dalam bidang ini. Contohnya, dalam bidang sya’ir yang menonjol adalah Nefi’ dan Syeikh Al-Islam Zekeria Zade Yahyat Efend. Dalam bidang sastra, yaitu Katip Celebi dan Evia Celebi. Katip Celebi mengarang buku Kasf al-Zunun fi Asmaailkutub wal Funun. Sementara Evia Celebi mengarang buku Seyahetname.[14]
d.      Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Pada masa Turki Utsmani, ada dua tarekat yang dikenal, yaitu tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi, tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh dikalangan tentara, sedangkan tarekat Maulawi mendapat dukungan dari pada penguasa.
e.       Bidang Intelektual
Kemajuan bidang intelektual Turki Utsmani tampaknya tidak lebih menonjol dibandingkan dengan bidang politik dan militer. Aspek-aspek intelektual yang dicapai adalah sebagai berikut:
1.      Dua surat kabar yang muncul pada masa itu, yaitu berita harian Takvini dan Jurnal Tasviri Efkyar.
2.      Pendidikan, terjadi transformasi pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi, fakultas kedokteran, fakultas hokum, dan mengirimkan pelajar yang berprestasi ke Prancis
3.      Sejarawan istana, Aifi dengan karyanya Sha-name-l-Al-l-Osman, cerita tentang keluarga raja-raja Utsmani.[15]
5.      Penyebab Kejayaan Turki Utsmani
Dalam melihat penyebab kemajuan dalam Kerajaan Turki Utsmani, kita tidak dapat melupakan kelebihan yang dimiliki oleh orang-orang Turki Utsmani dibandingkan dengan bangsa lainnya, seperti bangsa Arab dan Persia. Orng-orang Turki Utsmaniatau orang Turki pada umumnya mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang Islam lainnya pada waktu itu.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh bangsa Turki adalah sebagai berikut:
a.       Bangsa Turki adalah bangsa yang penuh mobilitas, bersemangat tinggi, berpandangan jauh dan jiwa patriot, dan suka berperang (dalam perang terkenal berani, perkasa, dan tabah).
b.      Bangsa Turki memiliki kesanggupan yang besar dalam hal militer, baik dalam angkatan darat maupun dalam angkatan laut
c.       Kerajaan Turki Utsmani terletak di wilayah yang secara geografis sangat strategis untuk menjadi ibu kota dari sebuah kerajaan di dunia.
d.      Adanya kelemahan politik yang dialami Kerajaan Byzantium dan masalah anarki feodal yang melanda negara-negara Balkan.
e.       Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
f.       Faktor lain yang menyebabkan kemajuan, khususnya kemajuan dalam bidang perluasan wilayah Islam adalah faktor dakwah.[16]
6.      Masa Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
Kerajaan Turki Usmani mulai melemah semejak meninggalnya Sulaeman Al Qanuni. Pengganti Sulaeman I, Sultan Salim II merupakan pemimpin yang lemah dan pada umumnya tidak berwibawa. Ia adalah tipe sultan Kerajaan Turki Utsman yang tidak disukai rakyatnya. Karena pemabuk, ia menyerahkan semua urusan negara kepada Menteri Besar Sokoli. Sehingga kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasannya.[17]
Saat Sultan Salim II meninggal, digantikan dengan Sultan Murad III (1574-1595 M). Turki Utsmani masih sempat melebarkan sayap kekuasaannya, dengan upaya berhasil merebutdaerah Kaukaus dan Azerbaijan. Namun, kedua daerah kekuasaan yang baru itu tidak kembali lepas pada tahun 1603. Walaupun begitu, kesultanan ini masih tetap menjadi kekuatan sekspansi yang besar sampai kejadian Pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan berakhirnya usaha ekspansi Kesultanan Utsmaniyah ke Eropa. Setelah perang ini, Turki harus rela kehilangan sebagian besar daerah Balkan dan Laut Hitam akibat perang berkepanjangan.
Selama abad ke-18, tanda-tanda kemunduran Daulah Utsmaniyah semakin tampak, mulai dari politik, masa transisi penaklukan hingga perdamaian yang dimanfaatkan oelh kekuatan asing, terutama oleh Austria dan Rusia. Kelemahan tentara Turki semakain nyata ketika terjadi administrasi Utsmani stagnan selama beberapa periode, sehingga menyebabkan hilangnya pengaruh otoritas pemerintahan pusat.
Pada abad ke-19, muncul banyak gerakan pembaharuan yang kurang lebih merupakan aplikasi tanzimat. Tanzimat berasal dari Bahasa arab yang mengandung arti mengatur, menyusun, dan memperbaiki. Salah satu pemukanya adalah Mustafa Sami, yang menurut pendapatnya, kemajuan Eropa dihasilkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau toleransi beragama dan kemampuan orang Eropa melepaskan diri dari ikatan agama.
Puncak kemunduran Turki Utsmani terjadi pada tahun 1850-1922. Demikian lemahnya Turki hingga digambarkan sebagai “Orang sakit dari Eropa”. Turki terlibat perang dunia I dan bergabung bersama Jerman merupakan pilihan yang salah dan keliru sehingga mengakibatkan kekalahan dan keterpurukan yang lebih dalam. Di dalam negeri, kekelahan tersebut mengakibatkan gerakan nasionalis Turki yang telah muak dengan kemerosotan moral yang dialami oleh pemimpin mereka. Gerakan ini dipelopori oelh Turki muda yang tampil setelah undang-undang Utsmaniyah yang tadinya berlandaskan syura menjadi model kekuasaan mutlak. Kemudian, Mustofa Kamal menggabungkan diri ke dalam organisasi ini dan menuntut kembali pengembalian undang-undang. Dibawah tekanan organisasi ini, Sultan Abdul Hamid mengembalikan undang-undang ini. Organisasi ini kemudian menduduki ibu kota dan mengasingkan Sultan. Namun, ketika kekuasaan sudah direbut, para pembesar organisasi mulai bersikap dictator sampai akhirnya Mustafa Kamal At-Turk mendirikan Nasionalis Turki dan menggantikan model kekhalifahan dengan Republik Sekuler pada tahun 1923. Sejak kekuasaannya, Turki telsh jauh secara total dari Islam. Dia menghapus khilafah mendorong ke arah sekularisme (paham memisahkan agama dari dunia), meminimalisai penggunaan Bahasa Arab Turki, dan mengganti azan dengan Bahasa Turki. Mustafa Kamal terus disibukkan dengan jabatan presidennya hingga meninggal pada tahun 1938. Ia tidak meninggalkan bagi Turki, selain kemiskinan dan keterasingan.[18]
7.      Sebab-sebab Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
Kemunduran Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qanuni. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pengganti Sulaiman adalah orang lemah serta mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Selain itu juga, karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan kekalahan dalam menghadapi beberapa peperangan.
Selain faktor diatas, ada beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan Turki Utsmani mengalami kemunduran dan akhirnya mengalami kehancuran, yaitu terdiri atas dua faktor, yaitu internal dan eksternal berikut ini:[19]
1.      Faktor Internal
a.       Luasnya wilayah kekuasaan
b.      Ledakan jumlah penduduk
c.       Heteroginitas penduduk
d.      Kelemahan para penguasa dan sistem demokrasi
e.       Budaya pungli
f.       Pemberontakan tentara Jenissari
g.      Merosotnya ekonomi
h.      Rendahnya kualitas keislaman
i.        Mengabaikan Bahasa arab
j.        Gonta-ganti pejabat
2.      Faktor Eksternal
a.       Timbulnya gerakan nasionalisme
b.      Terjadinya kemajuan teknologidi Barat, khususnya dalam bidang persenjataan
c.       Konspirasi Yahudi menjatuhkan Khalifah




PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, pmbahasan tentang krajaan Turki Usmani, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Turki Usmani merupakan slah satu kerajaan yang didirikan oleh bangsa Turki setelah runtuhnya kerajaanTurki Saljuq. Entogrol adalah pembuka jalan berdirinya Turki Usmani putranya Usman sebagai proklamator Kerajaan Turki Usmani  tahun 1300 M. Turki Usmani adalah salah satu dari tiga kerajaan islam yang muncul setelah jatuhnya Baghdad.
2.      Kemajuan Turki Usmani dapat dilihat dari bidang kemiliteran dan pemerintahan, terbukti bahwa kekuatan militer Usmani adalah salah satu faktor sangat yang menentukan  keberhasilan ekspansi Turki Usmani, kemajuan lain yang dapat dilihat yaitu: kemajuan dalam bidang budaya khususnya bangunan fisik. Di bidang Ilmu pengetahuan kemajuan Usmani tidak begitu menonjol dibandingkan kemajuan di bidang lainnya, sehingga tidak seorang pun ilmuan Islam yang diklaim sebagai produk dari Turki Usmani.
3.      Kemunduran dan kehancuran Turki Usmani disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kelemahan para sultan dan sistem birokrasi, kemerosotan ekonomi dan munculnya kekuata Eropa. Peran Turki tidak dapat dikesampingkan, karena dengan luasnya daerah kekuasaan yang membentang dari Asia hingga  Eropa dalam rentang waktu yang relatif  lama, lebih dari enam abad, maka terjadilah intraksi peradabandengan berbagai wilayah yang berada di bawah kekuasaan Turki dan saling mempengaruhi, sehingga peradaban yang lebih kuat banyak memberikan pengaruh terhadap peradaban yang lebih lemah.






DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam, 2016. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Sulasman, Suparman. Sejarah Islam di Asia dan Eropa, 2013. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, 1997. Jakarta: Rajawali Pers bekerja sama dengan Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan.
Kusdiana, Ading. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, 2013. Bandung: CV PUSTAKA SETIA
Mugni, Syafiq.  Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, 199. 7Jakarta: Logos Wacana Ilmu.






[1] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2016), hlm. 248
[2] Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013), hlm. 182
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers bekerja sama dengan Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1997), hal. 130
[4] Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam…, hal. 183
[5] Ading Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2013), hlm.  123
[6] Kekuatan dan ancaman tersebut disadari orang Byzantium dan kerajaan-kerajaan lainnya, bahkan Paus ikut menyadari. Oleh karena itu, untuk menghadapi bahaya dan ancaman tersebut, bergabunglah semua kekuasaan orang Eropa untuk menantang Kerajaan Utsmani. Pada tahun 1389, berkobar peperangan Antara orang Eropa dan Kerajaan Turki Utsmani di Kosopo. Dalam peperangan tersebut, lebih kurang100.000 tentara Eropa dengan 40.000 tentara Utsmani berhadapan. Dalam peperangan tersebut, keperkasaan dan keberanian tentara Utsmani dapat mengalahkan tentara Negara-negara Eropa.
[7] Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam..., hal. 184
[8] Ading Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 126
[9] Ading Kusdiana, Sejarah dan…, hlm. 126-127
[10] Syafiq A. Mugni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 59
[11] Ading Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 128    
[12] Ading Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 128-130
[13] Ading Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 131-133
[14] Syafiq A. Mugni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 87
[15] Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam…, hal. 191-192
[16] Ading Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 136-137 dan Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam…, hal. 192
[17] Ading Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 144
[18] Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam…, hal. 187-188
[19] Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam…, hal. 193-196

1 komentar:

  1. terimakasih, sangat membantu sekali, dan sangat amat bermanfaat

    BalasHapus

*Mengenal Lebih Dekat Dunia Jurnalistik, Pesantren Modern Primago Menggelar Pelatihan Jurnalistik Bersama Pimpinan Redaksi Gontornews.com.*

 *Mengenal Lebih Dekat Dunia Jurnalistik, Pesantren Modern Primago Menggelar Pelatihan Jurnalistik Bersama Pimpinan Redaksi Gontornews.com.*...