PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam telah ada
sejak empat belas abad lamanya. Pada periode tertuntu Islam mengalami perubahan
dan perkembangan serta kemajuan dan kejayaan namun terjadi pula periode
kemunduran bahkan kehancuran. Salah satu dari periode tersebut yang sangat
menarik untuk di bahas yaitu pada masa pertengahan Dinasti Utsmani di Turki.
Pada masa dinasti ini merupakan yang cukup besar dalam Islam dan memiliki
pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah Islam di Asia, Afrika, dan
Eropa. Bangsa Turki mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan
peradaban umat Islam.
Setelah
Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol,
kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah
kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain
saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang
hancur akibat serangan bangsa Mongol itu, Keadaan politik umat Islam secara
keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya
tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di
Persia (Iran). Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama berdiri juga yang
terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
Dalam
perkembangannya dunia islam selalu mengalami pasang surut dan disini saya akan
memaparkan tentang periode-periode yang ada pada kerajaan Turki Usmani mulai
dari awal berdirinya sampai keruntuhannya, karena kerajaan Turki Usmani inilah
yang menjadi sebuah pionir dalam perkembangan dunia islam pada masanya dan juga
kehancurannya menjadi sebuah pembuka masuknya era industrialisasi ke dunia
islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Asal mula Kerajaan Turki Utsmani
Nama
kerajaan Turki Utsmani diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang
pertama., Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Orthogrol Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia
Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah.turki Utsmani berkuasa sejak abad ke- 13
sampai abad ke- 19. Raja pertama Turki dari keluarga Utsman.[1]
Bangsa
Turki Utsmani pada awalnya adalah suku nomaden yang selama berabad-abad selalu
mencari lahan perubahan yang baru di wilayah yang sekarang terkenal dengan
Turki. Pada awal tahun Masehi, Bangsa Turki Utsmani dinamakan Byzantium dibawah
kekuasaan Romawi yang berkuasa di kawasan ini selama lebih dari empat abad.
Setelah Barbar merebut dari tangan Romawi, ibu kota kerajaan dipindahkan ke
Konstantinopel (Angkara sekarang).[2]
Akibat
serangan gencar Mongol, banyak keluarga Turki melarikan diri ke Asia Tengah
untuk mengungsi ke daerah perbatasan dunia Islam. Karena terbiasa hidup nomaden
secara tradisional, meraka mampu beradaptasi dengan cepat dan mudah dimana
saja. Termasuk di bekas wilayah kekuasaan Byzantium.
Dibawah
pimpinan Orthogtol, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang
sedang berperang melawan Byzantium karena bantuan mereka inilah, Byzantium
dapat dikalahkan. Kemudian, Sultan Alaudin memberi imbalan tanah Asia Kecil
yang berbatasan degan Byzantium. Sejak itu, mereka terus membina wilayah
barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Sejak
Saljuk mengalahkan Byzantim di perang Manzikert pada 1071, Anatolia terbuka
bagi penaklukan dan pemukiman bangsa Turki. Saat Mongol masuk ke wilayah
tersebut pada abad ke tiga belas, sisa-sisa daerah kekuasaan Saljuk hancur
selamanya, dan Anatolia dikuasai oleh banyak dinasti Turki yang tersebar di
seluruh semenanjung. Ketika Bangsa Mongol menyerang Kerajaan Saljuk, yang
mengakibatkan meninggalnya Sultan Alaudin pada tahun 1289 M. , kepemimpinan
dilanjutkan oleh puteranya, Utsman. Putra Orthogrol inilah yang dianggap
sebagai pendiri Kerajaan Utsmani. [3]
Utsman memproklamasikan dirinya sebagai Sultan di wilayah yang didudukinya.
Utsman bin Orthogrol sering disebut Utsman I. Utsman Ibnu Orthogrol memerintah
dari tahun 1290-1326 M.[4]
2.
Usaha-usaha Perluasan Wilayah Islam Kerajaan
Turki Utsmani
Sebagai
sultan I, Usman lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada usaha-usaha untuk
memantapkan kekuasaannya dan melindunginya dari segala macam serangan,
khususnya Bizantium yang memang ingin menyerang. Exspansinya dimulai dengan
menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa Tahun 1317 M,
dan Broessa dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Kejatuhan Broessa ke tangan
Kerajaan Turki Utsmani memberikan angina segar terhadap kepercayaan masyarakat.
Kepercayaan masyarakat Muslim terhadap kepemimpinan Utsman mulai timbul.
Kepercayaan itu semakin meyakinkan dengan dipindahkannya ibukota kerajaan dari
Sugyat ke Broessa.[5]
a. Sultan
Orkhan
Sultan Utsman
meninggal pada tahun 1326 M dan digantikan oleh Orkhan, puteranya yang memerintah
dari tahun 1326 sampai 1359 M. Pada masanya berdiri Akademi Militer sebagai
pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan
militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan sebagian daerah benua
Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M,
Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
b. Sultan
Murad I
Ketika
Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti Orkhan naik. Ia memantapkan keamanan
dalam negeri dan melakukan perluasan ke benua Eropa dengan menaklukan
Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia,
Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Jatuhnya Andrianopel berarti Kerajaan
Turki Utsmani telah mengepung Kerajaan Byzantium darisegala penjuru. Hal
tersebut menimbulkan ketakutan bagi Kerajaan Byzantium dan Kerajaan-kerajaan
Eropa lainnya. Ketakutan[6]
itu semakin bertambah ketika Sultan Murad I pada tahun 1389 M dalam peperangan
di Kasopo berhasil mengalahkan tentara Eropa, yang berakhir dengan jatuhnya
Kerajaan Serbia, Macedonia, dan Rumelia.
c. Sultan Bayazid
Ketika
Sultan Murad wafat pada tahun 1389, puteraya yang bernama Bayazid I naiktahta
pada tahun itu juga. Sultan Bayazid terkenal yang bergelar Vildrim (petir).
Pada peerintahannya, ia berhasil menaklukan daerah pertambangan Karatowa,
Viddin, Bsonia dll. Namun suatu hal yang sangat disayangkan bahwa Bayazid I
tewas dalam pertempuran melawan timur lenk. Tewasnya bayasid I dan sebagian
besar pasukannya melawan hamper seluruh wilaya Usmani jatuh ketangan Timur
Lenk.
d. Sultan Muhammad
I
Setelah Muhammad
I naik tahta dan memimpin wilaya, Utsmani dapat disatukan kembali.. integrasi
ini tampaknya mngejutkan dunia Barat karena mereka tidak menduga Utsmani akan
bangkit secepat itu setelah berangtakan akibat serangan Timur Lank.[7]
Tugas utama yang dihadapinya bukanlah mengadakan ekspansi melainkan lbih
berorientasi untuk mengokohkan sendi-sendi kerajaan ini, Sultan Muhammda I
mengadakan perjanjian damai dengan Eropa dan bersikap lunak terhadap kaum
pemberontak. Keadaan ini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan Sultan
Murad II (1421-1451 M). Usaha kedua sultan ini berhasil dalam mengokohkan
sendi-sendi Kerajaan Turki Utsmani kembali. Hal ini terbukti setelah Sultan Murad
II meninggal, ia telah mewariskan Kerajaan Turki Utsmani yang stabil kepada
penerusnya, Sultan Muhammad II.[8]
e. Sultan
Muhammad II
Setelah
Muhammad II naik tahta menggantikan ayahnya pada tahun 1451-1484 M. Pada masa
ini, perhatian Sultan sepenuhnyaterfokusuntk menaklukkan kota Konstantinopel,
kota yang selalu menjadi idaman dan kebanggaan orang yang merebutnya. Untuk hal
itu, ia mebuat rencana dan persiapan penaklukan dengan sebaik-baiknya dan ia
memimpin usaha penaklukan Konstantinopel ini.
Setelah
perencanaan dan persiapan benar-benar natang, dimulailah penyerangan dan
pengepungan kota Konstantinopel. Dalam usaha penyerangna dan pengepungan yang
relatif singkat, uaitu sekitar 53 hari, Sultan Muhammad II berhasil
menaklukannya pada tahun 1453 M. Bagi Sultan Muhammad II, keberhasilannya dalam
penaklukan itu merupakan prestasi dan kebanggaan tersendiri karena sepanjang
sejarah Islam, ia adalah satu-satunya sultan dari Kerajaan Turki Utsmani yang
berhasil menaklukkan Konstantinopel.[9]
Pada
masa ini ia lebih terkenal dengan Al-Fatih, sang penakluk atau pembuka, karena
pada masanya, Konstantinopel sebagai ibu kota kekaisaran Byzantium berabad-abad
lamanya dapat ditundukkan. Lalu, ia memberikan nama Istanbul (Kota Kerajaan)
dan menjadikannya sebagai ibu kota.[10]
f. Sultan
Bayazid II
Kedudukan
Sultan Bayazaid II digantikan oleh anaknya, yaitu sultan Salim I. Karena pada
masa pemerintahan Sultan Bayazid II lebih cenderung berdamai dengan musuh dan
terlalu mementingkan kehidupan tasawuf serta tidak disukai oleh masyarakat
g. Sultan
Salim I
Pada
masa pemerintahan Sultan Salim I (1512-1520 M), gerakan ekspansi diarahkan ke
sebelah Timurdengan maksud untuk menjadikan seluruh wilayah dunia Islamberada
dibawah kekuasaannya. Oleh karena itu, dengan penuh ambisi, Sultan Salim I
mengadakan penyerbuan ke Persia. Kemudian, dalam peperangan dengan Syah Ismail,
ia menaklukan Mesir. Dengan bekal keberhasilan yang diperolehnya, kemudian ia
mengklaim jabatan khalifah dan menyatakan dirinya sebagai penguasa tunggal atas
seluruh dunia Islam yang kekuasaannya meliputi bidangkeduniaan dan keagamaan.
h. Sultan
Sulaiman
Sultan
Salim I meninggal pada tahun 1520 M. Sultan Sulaiman terkenal sebagai sultan
dari kerajaan Tukri Utsmani yang terbesar dan bergelar Sulaiman yang Agung dan
Al-Qanuni. Pada masanya, Kerajaan Turki Utsmani mencapai masa keemasan. Ia
berhasil menyatukan dua kedaulatannya, di laut dan di darat serta menghimpun
dua kekuatannya, keduniaan dan keagamaan.[11]
3.
Faktor-faktor Penyebab Keberhasilan Utsman
dalam Mendirikan Kerajaan Turki Utsmani
Ada
beberapa factor yang menyebabkan keberhasilan Utsman dalam mendirikan Kerajaan
Turki Utsmani, yaitu sebagai berikut:
a. Letak
daerah kekuasan Turki Utsmani yang berdekatan dengan perbatasan Kerajaan
Byzantium. Oleh karena itu, Utsman sebelum mendeklarasikan sebagai penguasa
dari Kerajaan TurkiUtsmani sering melakukan peperangan dengan tentara
Byzantium. Seringnya terjadi peperangan, menarik perhatian masyarakat Muslim
Ghazi lainnya untuk terlibat dalamberjihad dan mendapatkan harta rampasan
perang. Dengan kondisiseperti ini, secara tidaklangsung, baik Orthogrol sebelumnya
dan Utsman sesudahnya telah menjadi pemimpin dari semua orang Turki yang sedang
mengembara ke Anatholia.
b. Pada
masa Utsman, oaring-orang Turki telah memiliki modal yang cukup untuk
mendirikan kerajaan baru. Daerah kekuasan, kekuatan militer, penguasa, dan
perekonomian sebagai persyaratan untuk berdirinyasuatu kerajaan telahdimiliki
oleh Utsman.
c. Kelemahan
dan kekacauan Byzantium.
d. Factor
kelemahan dan kemunduran dari Kerajaan Turki Saljuk Rum.[12]
4.
Masa Kejayaan Turki Utsmani
Pada awalnya Kerajaan Turki Utsmani hanya
memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak
beberapa lama Turki Usmani menjadi kerajaan yang besar bertahan dalam kurun
waktu yang lama.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi Kerajaan
Turki Utsmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh
kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain, diantaranya sebagai
berikut:
a.
Bidang Militer
Bentuk negara
yang dibangun oleh Utsmani adalah kerajaan yang berdasarkan syariat Islam.
Kekuasaan tertinggi terletakdi tangan para Sultan. Bidang militer yang
merupakan salah satu prestasi kemajuan terbesar dari Kerajaan Turki Utsmani
disebabkan, keturunan Utsmani sejak awal adalah masyarakat Ghazi yang gemar
berperang, dan khususnya sejak masa Muhammad Al-Fatih merupakan kekuatan
militer yang tangguh dan terbaik di dunia sampai pada akhir abad ke-17 M, yaitu
saat mereka dikalahkan Eropa pada tahun 1683 M.
b. Bidang
Perekonomian
Suksesnya
gerakan ekspansi Islam Turki Usmani selain karena ketangguhan tentaranya juga
dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam
mengelola wilayah yang luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak
tegas. Kemajuan dalam bidang ekonomi sama besar dan kuatnya dengan kemajuan
dalam bidang politk dan militer. Daerah kekuasaan yang luas memungkinkan
Kerajaan Turki Utsmani untuk membangun perekonomiannya yang kuat dan maju. Pada
masa puncaknya, semua daerah dan kota penting yngmenjadipusat perdagangan dan
perekonomian jatuh ke tangannya.[13]
c. Bidang
Keilmuan dan Budaya
Turki
Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam bidang
ilmu pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Namun pada abad ke-17, Kerajaan
Turki Utsmani masih mengalami kemajuan dalam bidang ini. Contohnya, dalam
bidang sya’ir yang menonjol adalah Nefi’ dan Syeikh Al-Islam Zekeria Zade
Yahyat Efend. Dalam bidang sastra, yaitu Katip Celebi dan Evia Celebi. Katip
Celebi mengarang buku Kasf al-Zunun fi Asmaailkutub wal Funun. Sementara
Evia Celebi mengarang buku Seyahetname.[14]
d. Bidang
Keagamaan
Agama
dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam lapangan
sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan
kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi
hukum yang berlaku. Pada masa Turki Utsmani, ada dua tarekat yang dikenal,
yaitu tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi, tarekat Bektasyi
mempunyai pengaruh dikalangan tentara, sedangkan tarekat Maulawi
mendapat dukungan dari pada penguasa.
e. Bidang
Intelektual
Kemajuan
bidang intelektual Turki Utsmani tampaknya tidak lebih menonjol dibandingkan
dengan bidang politik dan militer. Aspek-aspek intelektual yang dicapai adalah
sebagai berikut:
1. Dua
surat kabar yang muncul pada masa itu, yaitu berita harian Takvini dan
Jurnal Tasviri Efkyar.
2. Pendidikan,
terjadi transformasi pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah dasar,
menengah, dan perguruan tinggi, fakultas kedokteran, fakultas hokum, dan
mengirimkan pelajar yang berprestasi ke Prancis
3. Sejarawan
istana, Aifi dengan karyanya Sha-name-l-Al-l-Osman, cerita tentang keluarga
raja-raja Utsmani.[15]
5.
Penyebab Kejayaan Turki Utsmani
Dalam
melihat penyebab kemajuan dalam Kerajaan Turki Utsmani, kita tidak dapat
melupakan kelebihan yang dimiliki oleh orang-orang Turki Utsmani dibandingkan
dengan bangsa lainnya, seperti bangsa Arab dan Persia. Orng-orang Turki
Utsmaniatau orang Turki pada umumnya mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki
oleh orang Islam lainnya pada waktu itu.
Kelebihan-kelebihan
yang dimiliki oleh bangsa Turki adalah sebagai berikut:
a. Bangsa
Turki adalah bangsa yang penuh mobilitas, bersemangat tinggi, berpandangan jauh
dan jiwa patriot, dan suka berperang (dalam perang terkenal berani, perkasa,
dan tabah).
b. Bangsa
Turki memiliki kesanggupan yang besar dalam hal militer, baik dalam angkatan
darat maupun dalam angkatan laut
c. Kerajaan
Turki Utsmani terletak di wilayah yang secara geografis sangat strategis untuk
menjadi ibu kota dari sebuah kerajaan di dunia.
d. Adanya
kelemahan politik yang dialami Kerajaan Byzantium dan masalah anarki feodal
yang melanda negara-negara Balkan.
e. Semangat
jihad dan ingin mengembangkan Islam.
f. Faktor
lain yang menyebabkan kemajuan, khususnya kemajuan dalam bidang perluasan
wilayah Islam adalah faktor dakwah.[16]
6. Masa
Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
Kerajaan
Turki Usmani mulai melemah semejak meninggalnya Sulaeman Al Qanuni. Pengganti
Sulaeman I, Sultan Salim II merupakan pemimpin yang lemah dan pada umumnya
tidak berwibawa. Ia adalah tipe sultan Kerajaan Turki Utsman yang tidak disukai
rakyatnya. Karena pemabuk, ia menyerahkan semua urusan negara kepada Menteri
Besar Sokoli. Sehingga kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) dianggap sebagai
permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasannya.[17]
Saat
Sultan Salim II meninggal, digantikan dengan Sultan Murad III (1574-1595 M).
Turki Utsmani masih sempat melebarkan sayap kekuasaannya, dengan upaya berhasil
merebutdaerah Kaukaus dan Azerbaijan. Namun, kedua daerah kekuasaan yang baru
itu tidak kembali lepas pada tahun 1603. Walaupun begitu, kesultanan ini masih
tetap menjadi kekuatan sekspansi yang besar sampai kejadian Pertempuran Wina
tahun 1683 yang menandakan berakhirnya usaha ekspansi Kesultanan Utsmaniyah ke
Eropa. Setelah perang ini, Turki harus rela kehilangan sebagian besar daerah
Balkan dan Laut Hitam akibat perang berkepanjangan.
Selama
abad ke-18, tanda-tanda kemunduran Daulah Utsmaniyah semakin tampak, mulai dari
politik, masa transisi penaklukan hingga perdamaian yang dimanfaatkan oelh
kekuatan asing, terutama oleh Austria dan Rusia. Kelemahan tentara Turki
semakain nyata ketika terjadi administrasi Utsmani stagnan selama beberapa
periode, sehingga menyebabkan hilangnya pengaruh otoritas pemerintahan pusat.
Pada
abad ke-19, muncul banyak gerakan pembaharuan yang kurang lebih merupakan
aplikasi tanzimat. Tanzimat berasal dari Bahasa arab yang mengandung arti
mengatur, menyusun, dan memperbaiki. Salah satu pemukanya adalah Mustafa Sami,
yang menurut pendapatnya, kemajuan Eropa dihasilkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi atau toleransi beragama dan kemampuan orang Eropa
melepaskan diri dari ikatan agama.
Puncak
kemunduran Turki Utsmani terjadi pada tahun 1850-1922. Demikian lemahnya Turki
hingga digambarkan sebagai “Orang sakit dari Eropa”. Turki terlibat perang
dunia I dan bergabung bersama Jerman merupakan pilihan yang salah dan keliru
sehingga mengakibatkan kekalahan dan keterpurukan yang lebih dalam. Di dalam
negeri, kekelahan tersebut mengakibatkan gerakan nasionalis Turki yang telah
muak dengan kemerosotan moral yang dialami oleh pemimpin mereka. Gerakan ini
dipelopori oelh Turki muda yang tampil setelah undang-undang Utsmaniyah yang
tadinya berlandaskan syura menjadi model kekuasaan mutlak. Kemudian, Mustofa
Kamal menggabungkan diri ke dalam organisasi ini dan menuntut kembali
pengembalian undang-undang. Dibawah tekanan organisasi ini, Sultan Abdul Hamid
mengembalikan undang-undang ini. Organisasi ini kemudian menduduki ibu kota dan
mengasingkan Sultan. Namun, ketika kekuasaan sudah direbut, para pembesar
organisasi mulai bersikap dictator sampai akhirnya Mustafa Kamal At-Turk
mendirikan Nasionalis Turki dan menggantikan model kekhalifahan dengan Republik
Sekuler pada tahun 1923. Sejak kekuasaannya, Turki telsh jauh secara total dari
Islam. Dia menghapus khilafah mendorong ke arah sekularisme (paham memisahkan
agama dari dunia), meminimalisai penggunaan Bahasa Arab Turki, dan mengganti
azan dengan Bahasa Turki. Mustafa Kamal terus disibukkan dengan jabatan
presidennya hingga meninggal pada tahun 1938. Ia tidak meninggalkan bagi Turki,
selain kemiskinan dan keterasingan.[18]
7. Sebab-sebab
Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
Kemunduran
Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qanuni. Hal ini disebabkan
karena sebagian besar pengganti Sulaiman adalah orang lemah serta mempunyai
sifat dan kepribadian yang buruk. Selain itu juga, karena melemahnya semangat
perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan kekalahan dalam menghadapi
beberapa peperangan.
Selain
faktor diatas, ada beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan Turki Utsmani
mengalami kemunduran dan akhirnya mengalami kehancuran, yaitu terdiri atas dua
faktor, yaitu internal dan eksternal berikut ini:[19]
1.
Faktor Internal
a.
Luasnya wilayah kekuasaan
b.
Ledakan jumlah penduduk
c.
Heteroginitas penduduk
d.
Kelemahan para penguasa dan sistem demokrasi
e.
Budaya pungli
f.
Pemberontakan tentara Jenissari
g.
Merosotnya ekonomi
h.
Rendahnya kualitas keislaman
i.
Mengabaikan Bahasa arab
j.
Gonta-ganti pejabat
2.
Faktor Eksternal
a.
Timbulnya gerakan nasionalisme
b.
Terjadinya kemajuan teknologidi Barat,
khususnya dalam bidang persenjataan
c.
Konspirasi Yahudi menjatuhkan Khalifah
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian pada bab sebelumnya, pmbahasan tentang krajaan Turki Usmani, maka
penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Turki Usmani merupakan slah satu kerajaan yang
didirikan oleh bangsa Turki setelah runtuhnya kerajaanTurki Saljuq. Entogrol
adalah pembuka jalan berdirinya Turki Usmani putranya Usman sebagai proklamator
Kerajaan Turki Usmani tahun 1300 M. Turki Usmani adalah salah satu dari
tiga kerajaan islam yang muncul setelah jatuhnya Baghdad.
2.
Kemajuan Turki Usmani dapat dilihat dari bidang
kemiliteran dan pemerintahan, terbukti bahwa kekuatan militer Usmani adalah
salah satu faktor sangat yang menentukan keberhasilan ekspansi Turki
Usmani, kemajuan lain yang dapat dilihat yaitu: kemajuan dalam bidang budaya
khususnya bangunan fisik. Di bidang Ilmu pengetahuan kemajuan Usmani tidak
begitu menonjol dibandingkan kemajuan di bidang lainnya, sehingga tidak seorang
pun ilmuan Islam yang diklaim sebagai produk dari Turki Usmani.
3.
Kemunduran dan kehancuran Turki Usmani
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kelemahan para sultan dan sistem
birokrasi, kemerosotan ekonomi dan munculnya kekuata Eropa. Peran Turki tidak
dapat dikesampingkan, karena dengan luasnya daerah kekuasaan yang membentang
dari Asia hingga Eropa dalam rentang waktu yang relatif lama, lebih
dari enam abad, maka terjadilah intraksi peradabandengan berbagai wilayah yang
berada di bawah kekuasaan Turki dan saling mempengaruhi, sehingga peradaban
yang lebih kuat banyak memberikan pengaruh terhadap peradaban yang lebih lemah.
DAFTAR
PUSTAKA
Supriyadi,
Dedi. Sejarah Peradaban Islam, 2016. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Sulasman,
Suparman. Sejarah Islam di Asia dan Eropa, 2013. Bandung: CV PUSTAKA
SETIA.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban
Islam, Dirasah Islamiyah II, 1997. Jakarta: Rajawali Pers bekerja sama
dengan Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan.
Kusdiana, Ading. Sejarah dan Kebudayaan
Islam Periode Pertengahan, 2013. Bandung: CV PUSTAKA SETIA
Mugni, Syafiq. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, 199.
7Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
[1] Dedi
Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2016),
hlm. 248
[2] Sulasman
dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa, (Bandung: CV PUSTAKA
SETIA, 2013), hlm. 182
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah
Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers bekerja sama dengan Lembaga Studi
Islam dan Kemasyarakatan, 1997), hal. 130
[4] Sulasman
dan Suparman, Sejarah Islam…, hal. 183
[5] Ading
Kusdiana, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, (Bandung: CV
PUSTAKA SETIA, 2013), hlm. 123
[6] Kekuatan
dan ancaman tersebut disadari orang Byzantium dan kerajaan-kerajaan lainnya,
bahkan Paus ikut menyadari. Oleh karena itu, untuk menghadapi bahaya dan
ancaman tersebut, bergabunglah semua kekuasaan orang Eropa untuk menantang
Kerajaan Utsmani. Pada tahun 1389, berkobar peperangan Antara orang Eropa dan
Kerajaan Turki Utsmani di Kosopo. Dalam peperangan tersebut, lebih
kurang100.000 tentara Eropa dengan 40.000 tentara Utsmani berhadapan. Dalam
peperangan tersebut, keperkasaan dan keberanian tentara Utsmani dapat
mengalahkan tentara Negara-negara Eropa.
[7] Sulasman
dan Suparman, Sejarah Islam..., hal. 184
[8] Ading
Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 126
[9] Ading
Kusdiana, Sejarah dan…, hlm. 126-127
[10] Syafiq A.
Mugni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), hlm. 59
[11] Ading
Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 128
[12] Ading
Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 128-130
[13] Ading
Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 131-133
[14] Syafiq A.
Mugni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), hlm. 87
[15] Sulasman
dan Suparman, Sejarah Islam…, hal. 191-192
[16] Ading
Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 136-137 dan Sulasman dan Suparman, Sejarah
Islam…, hal. 192
[17]
Ading Kusdiana, Sejarah dan..., hlm. 144
[18] Sulasman
dan Suparman, Sejarah Islam…, hal. 187-188
[19] Sulasman
dan Suparman, Sejarah Islam…, hal. 193-196
terimakasih, sangat membantu sekali, dan sangat amat bermanfaat
BalasHapus