Rabu, 10 Januari 2018
Makalah Studi Naskah Tafsir Surat Al-Hujurat ayat 13 dalam Tafsir Al-Qurthubi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dahulu manusia diciptakan hanya satu yaitu Adam kemudian diciptakan Hawa untuk menemani Adam di Surga, yang mana menunjukkan bahwa Manusia membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kemudian lahirlah dari keduanya keturunannya sampai sekarang yang tersebar diseluruh bumi, dijadikan mereka berbeda-beda bukan untuk saling memerangi tapi agar saling mengasihi dan mengenali.
Dalam al-Qur’an yang menjadi sumber ajaran Islam juga dijelaskan oleh Allah terkait anjuran untuk memanfaatkan keberagaman sebagai sebuah kekuatan dengan langkah awal pengenalan, hal ini sebagaimana yang akan dijelaskan dalam makalah ini yaitu tafsir surat al-Hujurat ayat 13. Yang mana perkenalan ini dimaksudkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan cara saling menarik pelajaran dan pengalaman dari pihak lain, yang dampaknya tercermin kedamaian dan kesejahteraan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa isi penafsiran dari surat al-Hujurat ayat 13 ?
2. Siapa manusia yang paling mulia itu ?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah membaca teks Tafsir, selain itu juga untuk menambah pengetahuan penulisnya khususnya dan umumnya untuk teman-teman diskusi di kelas tentang penafsiran surat al-Hujurat ayat 13.
BAB II
PEMBAHASAN
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Tafsir Mufrodat
Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan sesama muslim, ayat di atas beralih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan antarmanusia. Karena itu, ayat di atas tidak lagi menggunakan panggilan yang ditujukan kepada orang-orang beriman, tetapi kepada jenis manusia. Allah berfirman: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni Âdam dan Hawwâ’, atau dari sperma (benih laki-laki) dan ovum (indung telur perempuan), serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa juga bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal yang mengantar kamu untuk bantu-membantu serta saling melengkapi, sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal sehingga tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, walaudetak detik jantung dan niat seseorang.
Tinjauan Bahasa
قَبَائِلَ :Jamak dari kata “kabilah”, yaitu kelompok yang terikat nasab atau kehormatan. Kabilah (suku) lebih khusus daripada sya’b (bangsa).
Asbab An-Nuzul
Ibnu abi Hatim dari Abi yang berkata, “Setelah pembebasan kota Mekah, Bilal naik ke atas Ka’bah lalu mengumandangkan azan. Melihat hal itu sebagian orang lalu berkata, “Bagaimana mungkin budak hitam ini yang justru mengumandangkan azan di atas Ka’bah!’ Sebagian yang lain berkata (dengan nada mengejek), ‘Apakah Allah akan murka kalau bukan dia yang mengumandangkan azan?’ Allah lalu menurunkan ayat ini.”
Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dalam kitab al-Mubhamaat, “Saya menemukan tulisan tangan dari Ibnu Basykual yang menyebutkan bahwa Abu Bakar bin Abi Daud meriwayatkan dalam kitab tafsirnya, ‘Ayat ini turun berkenaan dengan Abi Hindun. Suatu ketika Rasulullah menyuruh Bani Bayadhah untuk menikahkan Abi Hindun ini dengan wanita dari suku mereka. Akan tetapi, mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin kami akan menikahkan anak wanita kami dengan seorang budak.’ Lalu turunlah ayat ini.
Menurut pendapat lain, ayat ini diturunkan tentang Tsabit bin Qais bin Syamas dan ucapannya kepada orang yang tidak memberikan tempat pada dirinya: “Anak si fulanah,” dimana Nabi kemudian bertanya: “Siapa yang menyebutkan Fulanah?” Tsabit menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.” Nabi bersabda kepadanya, “Lihatlah wajah orang-orang itu.” Tsabit melihat (wajah mereka), lalu Rasulullah bertanya, “Apa yang engkau lihat?” Tsabit menjawab, “Aku melihat yang putih, hitam, dan merah.” Nabi bersabda, Sesungguhnya engkau tidak dapat mengungguli mereka kecuali dengan ketakwaan.”
Meskipun berbeda, ketiga sabab nuzul ini mengisyaratkan bahwa ayat ini turun sebagai larangan memuliakan atau melecehkan manusia berdasarkan keturunan, kesukuan, maupun kebangsaan.
Tafsir Ayat dan Penjelasannya
Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau kekayaannya karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Dari ayat ini juga dapat dilihat bahwa manusia satu sama lain harus saling mengenal, saling memahami dan untuk kemudian dapat bekerjasama. Melalui konsep ta’aruf sesungguhnya Islam mengajarkan pentingnya bermasyarakat, membentuk kesamaan visi dan memperjuangkan cita-cita sosial sesama anggota masyarakat. Islam juga mengakui perbedaan yang dimiliki oleh manusia, misal perbedaan kapasitas intelektual, status sosial, tingkat ekonomi dan sebagainya. Sebagaimana firman-Nya:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Artinya:“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”(QS. Az-Zukhruf/43: 32).
Menurut Qurasih Shihab, adanya perbedaan-perbedaan tersebut memberi isyarat bahwa manusia dapat saling mengambil manfaat antara satu sama lain, dan menjadi penegas bahwa “bermasyarakat adalah sesuatu yang lahir dari naluri alamiah.”
Fakhruddin ar-Razi memberikan paparan menarik. Menurutnya, segala sesuatu bisa diunggulkan dari yang lain karena dua factor: (1) faktor yang diperoleh sesudah kejadiannya seperti kebaikan, kekuatan, dan berbagai sifat lain yang dituntut oleh sesuatu itu; (2) faktor sebelum kejadiannya, baik asal-usul atau bahan dasarnya maupun pembuatnya; seperti ungkapan tentang bejana: “Ini terbuat dari perak, sementara itu terbuat dari tembaga”; “Ini buatan Fulan, sedangkan itu buatan Fulan.”
: {إِنَّا خَلَقْنَـاكُم} فائدة ؟ نقول نعم ، وذلك لأن كل شيء يترجح على غيره ، فإما أن يترجح بأمر فيه يلحقه ، ويترتب عليه بعد وجوده ، وإما أن يترجح عليه بأمر هو قبله ، والذي بعده /كالحسن والقوة وغيرهما من الأوصاف المطلوبة من ذلك الشيء ، والذي قبله فإما راجع إلى الأصل الذي منه وجد ، أو إلى الفاعل الذي هو له أوجد ، كم يقال في إناءين هذا من النحاس وهذا من الفضة ، ويقال هذا عمل فلان ، وهذا عمل فلان ، فقال تعالى لا ترجيح فيما خلقتم منه لأنكم كلكم من ذكر وأنثى ، ولا بالنظر إلى جاعلين لأنكم كلكم خلقكم الله ، فإن كان بينكم تفاوت يكون بأمور تلحقكم وتحصل بعد وجودكم وأشرفها التقوى والقرب من الله تعالى .
Firman Allah Swt., Inna khalaqnâkum min dzakar wa untsâ, menegaskan bahwa tidak ada keunggulan seseorang atas lainnya disebabkan perkara sebelum kejadiannya. Dari segi bahan dasar (asal-usul), mereka semua berasal dari orangtua yang sama, yakni Adam dan Hawa. Dari segi pembuatnya, semua diciptakan oleh Zat yang sama, Allah Swt. Jadi, perbedaan di antara mereka bukan karena faktor sebelum kejadiannya, namun karena faktor-faktor lain yang mereka peroleh atau mereka hasilkan setelah kejadian mereka. Perkara paling mulia yang mereka hasilkan itu adalah ketakwaan dan kedekatan mereka kepada Allah Swt.
Al-Qurthubi menyebutkan bahwa pada ayat ini dibahas tujuh masalah yaitu:
Sikap rasisme yakni merasa ras diri sendiri yang paling unggul. Hal ini bisa kita lihat dari salah satu asbab an-nuzul pada ayat ini yang menceritakan tentang kisah Bilal yang diperintah oleh Rasulullah untuk mengumandangkan azan, ketika ia berada di atas Ka’bah Harits bin Hisyam menyindirnya dengan mengatakan, ‘gagak hitam’.
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia menciptakan makhluk-Nya dari seorang laki-laki dan perempuan. Demikian pula dengan apa yang telah Allah jelaskan di awal surah an-Nisa’
Allah menciptakan makhluk-Nya--dari persilangan laki-laki dan perempuan—bernasab-nasab, bermarga-marga, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Dari itulah Allah menciptakan perkenalan di antara mereka, dan mengadakan regenerasi bagi mereka, demi sebuah hikmah yang telas Allah tentukan. Hanya Dia yang mengetahui hikmah tersebut.
Sekelompok ulama dari generasi pendahulu berpendapat bahwa janin itu terbentuk dari sperma laki-laki saja. Janin itu berkembang di dalam rahim ibu dan mengambil darah yang ada di sana. Namun pendapat yang shahih dalam masalah ini adalah pendapat yang menyatakan bahwa penciptaan itu dari sperma laki-laki dan sperma perempuan yang berlandaskan pada: (QS: al-Mursalat/78: 20-21), (QS: as-Sajadah/38:8), (QS: al-Qiyamah/75:37).
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا “Dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” Asy-syu’ub adalah pucuk kabilah, seperti Rabi’ah, Mudhar, Aus dan Khajraj. Bentuk tungalnya adalah sya’bun. Dinamakan demikian sebab mereka itu bercabang-cabang seperti bercabangnya pohon. Asy-Sa’b adalah termasuk kata yang memiliki makna saling berlawanan.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ “sesungguhnya orang-orang yang paling mulia disii Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.” Firman Allah ini sudah dijelaskan pada surat az-Zhukhruf, ketika membahas firman Allah ................”Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu.” (Qs. Az-Zukhruf :44). Dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa sesungguhnya ketakwaan-lah yang dipandang oleh Allah dan Rasul-Nya, bukanlah kedudukan dan garis keturunan.
Ath-Thabari menuturkan: Umar bin Muhammad maenceritakan kepadaku, dia berkata: Ubaid bin Ishaq Al-Athar menceritakan kepada kami, dia berkata: Mandal bin Ali menceritakan kepada kami dari Tsaur bin Yazid, dari Salim bin Abi Al-Ja’d, dia berkata.”Seorang lelaki anshar mengawini seorang perempuan, kemudian ia dicela karena garis keturunan peremuan itu. Lelaki itu berkata,”Sesungguhnya aku tidak menikahinya karena garis keturunannya, akan tetapi aku menikahinyFiqhul Hayah
Ayat diatas menunjukkan mengandung beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Pertama, ayat di atas menegaskan bahwa semua manusia derajat kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara satu suku dan yang lain. Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Kedua, Pendidikan ta’aruf yaitu untuk saling mengenal antar manusia lintas budaya, suku, bahasa, agama, geografis dan tidak diskriminatif.
Ketiga, adanya rahasia yang sangat mendalam. Dalam hal ini, kasus pembicaraan rahasia antara istri-istri Nabi saw., ‘Âisyah dan Hafshah, menyangkut sikap mereka kepada Rasul yang lahir akibat kecemburuan terhadap istri Nabi yang lain, Zainab ra. Dalam QS. at-Tahrîm [66]: 3, Allah berfirman bahwa:
“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka, tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada ‘Âisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dan ‘Âisyah) kepada Muhammad, lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka, tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan ‘Âisyah) lalu Hafshah bertanya: ‘Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?’ Nabi menjawab: ‘Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.’”
Keempat, adalah mengenai kualitas ketakwaan adalah menunjukkan kemuliaan seorang hamba di sisi Allah, seorang manusia tidak dapat menilai kadar dan kualitas keimanan serta ketakwaan seseorang. Yang mengetahuinya hanya Allah swt. Manusia hanya melihat ketakwaanya zhahirnya saja, sedangkan ketakwaan batiniyahnya tidak ada seorangpun yang tau kecuali hanya Allah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dan ketergantungan dengan manusia yang lain. Manusia tidak bisa hidup sendiri buktinya Allah awalnya menciptakan Adam kemudian menciptakan temennya yaitu Hawa, kemudian setelah itu lahirlah keturunan-keturunannya hingga saat ini.
Dijadikannya Manusia berbangsa-bangsa, bersuku-suku bukan untuk saling memerangi, namun untuk saling mengenal dan saling mengasihi. Derajat kemuliaan seseorang itu diukur dengan menggunakan tolak ukur suku, strata sosial, banyaknya harta, keturunan tertentu, tetapi tingginya derajat kemuliaan seseorang di hadapan Allah adalah mereka yang paling takwa kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi,Imam. Tafsir Al-Qurthubi. Terjemahan: Akhmad Khatib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009).
Ar-Razi, Fakhruddin. Mafatih al-Ghaib. Maktabah Syamilah.
Ash-Shabuni, Ali. Shafwatut Tafasir. Terjemahan: Yasin. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011).
As-Suyuthi, Jalaluddin Lubab an-Nuqul Fi Asbab An-Nuzul. Terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dkk. (Depok: Gema Insani, 2008).
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007. ). Jilid 9. hal. 420.
Kementerian Agama RI. Tafsir Al-Qur’an Tematik; Tanggung Jawab Sosial. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI). hal. 258-259.
Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan Umat. (Bandung: Mizan, 2001). cet-XII.a karena agama dan budi pekertinya.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
*Mengenal Lebih Dekat Dunia Jurnalistik, Pesantren Modern Primago Menggelar Pelatihan Jurnalistik Bersama Pimpinan Redaksi Gontornews.com.*
*Mengenal Lebih Dekat Dunia Jurnalistik, Pesantren Modern Primago Menggelar Pelatihan Jurnalistik Bersama Pimpinan Redaksi Gontornews.com.*...
-
PENDAHULAN Kaidah Asasiyah tentang adh-Dhararu Yuzalu. Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya banyak terdapat masalah-masalah yang meme...
-
MAKALAH Desain Penelitian Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Dosen Pengampu: Lukman Hakim, M.A Disusu...
-
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam telah ada sejak empat belas abad lamanya. Pada periode tertuntu Islam mengalami perubahan da...
Best 888casino New Jersey ᐈ Free Play in NJ for 2021 - JTHub
BalasHapusAt 888casino New Jersey 영천 출장샵 you will have the option to play various 경상북도 출장안마 games in different sections of 의왕 출장샵 the 시흥 출장마사지 casino, 전주 출장마사지 such as slots, table games, and live dealer